Ahli Forensik: Sianida Hanya Ditemukan di Lambung Mirna

Berita419 Views

KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Sidang pemeriksaan saksi untuk kasus kopi yang menewaskan Wayan Mirna Salihin menghadirkan ahli forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Budi Sampurna. Ia mengatakan, hanya menemukan racun sianida dalam lambung Mirna.

“Secara garis besar, kalau kami baru menemukan racun di lambung berarti belum mendapatkan bukti yang bagus,” ujarnya saat sedang memberi kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (31/8).

Menurut Budi, racun itu tidak ditemukan di organ tubuh lainnya. Hal ini disinyalir karena saat pemeriksaan, jasad Mirna sudah diawetkan dengan formalin. Selain itu, pemeriksaan toksikologi baru dilakukan empat hari setelahnya.

Budi menuturkan, seharusnya pemeriksaan toksikologi dilakukan dalam waktu 1×24 jam lantaran sifat sianida yang cepat menguap.

Berdasarkan logika, menurut Budi, setelah empat hari pemeriksaan sianida ditemukan sebanyak 0,2 mg per liter. Artinya, saat kejadian pembunuhan, pelaku menggunakan lebih banyak sianida dalam melaksanakan aksinya.

“Sianida ini sifatnya cepat menguap maka itu seseorang yang terkena racun ini harus cepat diperiksa agar sianida tidak hilang dari tubuhnya,” tuturnya.

Kendala lainnya adalah penggunaan formalin. Budi menambahkan, dapat masuk melalui arteri dan menyebar ke seluruh tubuh sehingga membuat jaringan tubuh itu rusak. Meski demikian, formalin tidak masuk dalam lambung karena hanya dipakaikan di luar dinding lambung.

“Organ lainnya yang diperiksa seperti hati dan empedu juga tidak ditemukan zat sianida, hasilnya negatif,” ucapnya.

Selain itu, Budi mengatakan, tim dokter  mendapatkan kesulitan lantaran keluarga Mirna menolak untuk dilakukannya autopsi. Padahal, autopsi dapat menambah bukti terkait racun di dalam jasad Mirna.

Meski begitu, pemeriksaan luar yang disetujui oleh keluarga Mirna, Budi menambahkan, dapat menjadi alternatif untuk mencari penyebab kematian Mirna. Pemeriksaan luar ini adalah mengenali korban melalui gejala spesifik yang tak pernah terlihat saat masih hidup.

“Kalau kita melihat ada gejala yang spesifik (keracunan sianida), kita bisa mengatakan bahwa gejala ini adalah dampak dari racun sianida,” tutur Budi.

 

(CNN INDONESIA.com)