Harga Emas Hari Ini 19 Juli 2025, Antam Masih Pegang Kendali

Harga emas pegadaian hari ini, Sabtu, 19 Juli 2025, masih diungguli oleh produk Aneka Tambang (Antam/ANTM). Namun untuk cetakan Galeri24 dan UBS tetap menawarkan harga yang variatif.

Dilansir dari situs Sahabat Pegadaian untuk ukuran 1 gram, Galeri24 dijual seharga Rp1.906.000. Harga ini menjadi yang paling rendah dibandingkan dengan UBS yang menawarkan Rp1.927.000 dan Antam yang berada di posisi tertinggi dengan Rp2.001.000 per gram.

Pada ukuran lebih besar seperti 5 gram, emas Galeri24 dibanderol Rp9.316.000, lebih murah dibandingkan UBS di harga Rp9.450.000, dan Antam yang mencapai Rp9.768.000. Untuk emas batangan 10 gram, harga di Galeri24 berada di angka Rp18.581.000, UBS menawarkan Rp18.800.000, sementara Antam mematok harga tertinggi di Rp19.479.000.

Meski harganya lebih tinggi, Antam cenderung lebih diminati karena tingkat kepercayaannya lebih tinggi. Di sisi lain, Galeri24 menjadi alternatif menarik berkat harga yang lebih kompetitif, apalagi bagi mereka yang membeli emas secara bertahap atau dalam jumlah kecil.

Bagi calon investor yang berminat melakukan transaksi jual beli emas di Pegadaian, harga beli hari ini tercatat di angka Rp18.740 per 0,01 gram. Sedangkan harga jual berada di posisi Rp17.820 per 0,01 gram.

Harga emas dunia mengalami pergerakan yang fluktuatif sepanjang pekan ini. Kondisi itu terdampak oleh minimnya sentimen positif serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS dan kondisi ekonomi global yang belum stabil terus menjadi faktor utama yang membayangi pergerakan logam mulia.

Berdasarkan data dari Refinitiv, harga emas pada perdagangan terakhir Jumat, 18 Juli 2025 tercatat naik tipis sebesar 0,32% dan ditutup di level US$ 3.349,26 per troy ons.

Meski menguat secara harian, harga emas secara mingguan justru mengalami pelemahan 0,19% secara point-to-point, mencerminkan tekanan dari faktor eksternal yang terus berlangsung.

Salah satu penyebab utama terkoreksinya harga emas adalah penguatan dolar AS. Indeks dolar (DXY) memang sempat turun 0,25% di akhir pekan ke posisi 98,48, namun secara keseluruhan DXY naik 0,64% dalam sepekan.

Penguatan dolar membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar AS, sehingga menurunkan minat beli di pasar global.

“Ketidakpastian seputar utang AS dan potensi kebijakan tarif lanjutan bisa membuat emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang menarik. Untuk saat ini, harga emas masih cukup kuat bertahan,” ungkap Suki Cooper, analis logam mulia dari Standard Chartered Bank, dikutip dari Reuters.

Arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) juga menjadi perhatian utama pasar. Meskipun Presiden AS Donald Trump telah menyatakan tidak akan mengganti Gubernur The Fed Jerome Powell, tekanan terhadap bank sentral AS untuk segera memangkas suku bunga terus berlanjut.

Namun, Gubernur The Fed Adriana Kugler menyatakan bahwa saat ini belum waktunya untuk pemangkasan suku bunga, mengingat dampak kebijakan tarif pemerintah masih menggelayuti laju ekonomi dan inflasi AS.

Pelaku pasar memprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali hingga akhir 2025, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps), dengan total pemangkasan 50 bps. Secara historis, suku bunga yang lebih rendah akan meningkatkan daya tarik emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil namun menjadi lebih kompetitif dalam kondisi bunga rendah.

Meskipun tekanan dari dolar AS dan ketidakpastian kebijakan moneter terus berlangsung, emas masih menjadi instrumen yang diminati investor sebagai aset aman (safe haven). Pergerakan harga emas ke depan akan sangat dipengaruhi oleh keputusan The Fed dan kondisi geopolitik global.***