TANJUNGPINANG – Di Tanjungpinang, pada tahun 2016 ditemukan balita kategori gizi kurang sebanyak 414 anak dan pada tahun 2017 sedikit meningkat menjadi 420 anak.
Sedangkan balita kategori gizi buruk pada tahun 2016 sebanyak 52 anak dan menurun pada tahun 2017 menjadi 22 anak.
Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang, Rustam Efendi mengatakan, jika dilihat dari beberapa kasus berdasarkan wilayah di Tanjungpinang, maka untuk kasus balita gizi kurang dan gizi buruk terbanyak ditemukan di wilayah puskesmas Kampung Bugis (256 kasus), diikuti wilayah Batu 10 (51 kasus) dan Mekarbaru (40 kasus).
Dia mengatakan berbagai upaya dilakukan Dinkes Tanjungpinang untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk.
Di antaranya mengupayakan agar para ibu dapat memberikan ASI bagi balita usia sampai 6 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI setelah usia di atas 6 bulan.
Selain itu, Dinkes berupaya menangani dan mengobati balita yang menderita gizi buruk termasuk Penyakit penyerta yang sering terjadi baik TB, kecacingan maupun lainnya dan memberikan makanan tambahan serta vitamin pelengkap.
Saat ini Dinas Kesehatan Tanjungpinang terus berupaya untuk menurunkan parameter gizi kurang dan buruk pada balita.
Rustam mengatakan untuk melihat status gizi pada balita, dapat digunakan 3 parameter. “Yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),” ujarnya, Minggu (21/1).
Ia mengutarakan, parameter berat badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi sesaat pada balita. Sedangkan parameter tinggi badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi pada masa lalu atau jangka panjang.
“Hal paling sensitif dan spesifik menggambarkan status gizi saat ini adalah berat badan menurut tinggi badan,” jelas Rustam.
Ia menjelaskan, jika menggunakan parameter berat badan menurut umur akan diketahui adanya balita gizi kurang dan gizi buruk.
Sedangkan jika dilihat menggunakan parameter tinggi badan menurut umur akan diketahui adanya balita pendek dan sangat pendek.
“Pada tahun 2016 ditemukan balita kategori pendek sebanyak 40 anak dan pada tahun 2017 menurun menjadi 17 anak,” lanjut Rustam.
Sedangkan balita kategori sangat pendek pada tahun 2016 sebanyak 21 anak dan menurun pada tahun 2017 menjadi 19 anak.
Ia mengatakan, pada penggunaan parameter berat badan menurut tinggi badan, untuk melihat status gizi balita akan diketahui adanya balita kurus dan sangat kurus.
Pada tahun 2016 ditemukan balita kategori kurus sebanyak 74 anak dan pada tahun 2017 menurun menjadi 45 anak.
“Sedangkan balita category sangat kurus pada tahun 2016 sebanyak 29 anak dan menurun pada tahun 2017 menjadi 17 anak,” ujarnya. (*)