Peta Jalan E-Commerce Bisa Dorong Pertumbuhan Bisnis Fintech

Tekno225 Views

KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Direktur akselerator Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono menilai keputusan pemerintah mengedepankan kepentingan e-commerce dalam Paket Kebijakan Ekonomi XIV sebagai langkah yang tepat. Bagi Nayoko, e-commerce adalah pusat industri digital di masa depan.

“Ujung-ujungnya fintech ngga akan bekerja jika ngga ada e-commerce karena ngga ada pasarnya,” kata Nayoko di acara perkenalan Plug and Play Indonesia di Jakarta, Senin (14/11).

Plug and Play, perusahaan hub digital dan akselerator startup asal Silicon Valley, California, AS ini punya fokus untuk mengembangkan perusahaan rintisan di bidang fintech dan mobile di Indonesia.

Dengan perputaran uang di sektor e-commerce mencapai Rp150 triliun di 2015, keputusan pemerintah mendahulukan kepentingan e-commerce menurut Nayoko berpotensi menguntungkan industri digital dalam negeri, terutama sektor fintech.

Namun bagi Plug and Play, kesempatan besar di sektor e-commerce di Indonesia tak membuat mereka tertarik terjun ke dalamnya. Salah satu alasan mereka adalah ketatnya kompetisi di bisnis e-commerce.

“E-commerce bukan fokus kita saat ini, karena sudah banyak sekali pemainnya di sana. Pasarnya sebenarnya besar, cuma pemainnya ramai sekali di sana. Kita justru lihat yang banyak kesempatannya itu di finance technology,” terang Nayoko.

Fitur cash on delivery (CoD) sebagai opsi pembayaran yang dipakai pembeli barang via daring dinilai sebagai penghambat pertumbuhan e-commerce. Terlebih pada transaksi yang dilakukan oleh konsumen yang bertempat tinggal jauh dari Jakarta.

“Karena kalau pakai CoD, itu tidak bisa diukur. Bayangin aja kalau di Papua mau kirim barang kan harus kirim orang, memastikan uangnya harus sampai, transfer ke bank, dan lain-lain dibanding memakai online payment,” Nayoko menuturkan.

Industri fintech di Indonesia memang notabene belum begitu besar dibanding negara tetangga seperti Singapura. Tak seperti e-commerce, faktor ketatnya regulasi pemerintah dan rendahnya kepemilikan rekening oleh penduduk Indonesia menyebabkan lambatnya pertumbuhan fintech.

Semakin tumbuhnya e-commerce justru akan merangsang industri fintech seperti halnya yang terjadi di China di periode 2008-2009 yang dipimpin oleh Alibaba.

 

(CNN INDONESIA.com)