Harga CPO Melemah Lagi Akibat Permintaan Ekspor Tekan Pasar

Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) berjangka di Bursa Malaysia Derivatives kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis. Pelemahan ini terjadi setelah pasar menghadapi tekanan dari sejumlah faktor bearish, termasuk penguatan ringgit terhadap dolar AS yang menekan kontrak CPO berdenominasi ringgit.

Kepala penelitian komoditas Sunvin Group, Anilkumar Bagani, menjelaskan bahwa penurunan harga terutama dipicu kekhawatiran meningkatnya stok dan merosotnya permintaan ekspor. Ia menilai pasar tidak melihat adanya pembelian tujuan baru yang mampu menahan pelemahan tersebut.

Bagani menambahkan bahwa aksi jual besar-besaran di pasar minyak kedelai Chicago Board of Trade (CBOT) serta minyak kedelai bebas gula Amerika Selatan (CDSBO) turut memperdalam tekanan pada harga CPO. Menurutnya, pelemahan dalam kompleks energi global mendorong sentimen negatif di pasar minyak nabati.

Pedagang komoditas David Ng juga melihat tekanan tambahan muncul dari turunnya harga minyak kedelai serta kekhawatiran pasar terhadap kenaikan stok domestik. “Support berada jauh di atas RM4.000, sementara resistance berada di RM4.180,” ujarnya.

Pada penutupan, kontrak Desember 2025 turun RM25 menjadi RM4.065 per ton. Kontrak Januari 2026 dan April 2026 masing-masing merosot RM50 menjadi RM4.090 dan RM4.123 per ton. Penurunan juga terjadi pada kontrak Februari, Maret, dan Mei 2026 yang turun antara RM43 hingga RM48 per ton.

Volume perdagangan tercatat turun menjadi 61.647 lot dibanding 68.758 lot pada sesi sebelumnya. Open interest juga melemah sedikit menjadi 268.825 kontrak dari 272.607 kontrak sebelumnya, menunjukkan minat pasar yang mulai melandai.

Untuk pasar fisik, harga CPO Desember Selatan turun RM30 menjadi RM4.100 per ton, menambah tekanan pada keseluruhan sentimen industri.***