Lima Tari Tradisional Indonesia Ini akan Berkompetisi di Wales

KEPRIPOS.COM (KPC) – Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti mengatakan Tim misi budaya Al-Izhar Pondok Labu Jakarta akan menampilkan lima tari tradisional di ajang festival budaya antarbangsa Llgollen Internasional Musical Eisteddfod di Wales, Inggris pada 3-8 Juli 2018.

Misi mereka ini didukung oleh Kementerian Pariwisata. “Ajang festival budaya ini akan diikuti lebih dari 5.000 penyanyi, penari, dan pemusik dari sekitar 50 negara,” kata Guntur Sakti, di Jakarta, Minggu (24/6).

Untuk berkompetisi di tingkat internasional ini, tim Al-Izhar sudah mempersiapkan semuanya sesuai standar global. “Tim ini sudah terkurasi dengan baik, dari kostumnya, koreografinya, musiknya, dan kerja sama dalam penampilan di event nanti,” kata Guntur Sakti.

Untuk kategori tari tradisional, Llgollen Internasional Musical Eisteddfod memberikan sejumlah ketentuan antara lain orisinalitas, koreografi tidak boleh jauh dari budaya asli, serta ada lagu yang dinyanyikan penari.

Salah satu yang akan ditampilkan adalah Tari Kipah dari Aceh. Tari ini menggambarkan kerja sama dalam masyarakat. Gerakannya sangat dinamis serta menggunakan kipas sebagai properti untuk menghasilkan suara-suara unik dalam penampilannya.

Lalu ada Tari Belibis dari Bali yang mengisahkan tentang Prabu Angling Drama. Sang raja ini dikutuk menjadi burung Belibis. Tarian Belibis menampilkan gerakan yang dinamis dan harmonis dengan gamelan sebagai pengiring.

Tarian Muda-Mudi Papua yang menjadi salah satu unggulan dalam festival nanti merupakan tarian kelompok yang menggambarkan persahabatan, khususnya di kalangan remaja laki-laki dan perempuan. Lalu Tarian Nagekeo Bangkit dari Flores NTT, menampilkan gerakan feminin dan dinamis, serta menceritakan tentang solidaritas dan persatuan.

Tarian terakhir yang akan ditampilkan, Tarian Mirah dari Betawi menceritakan pendekar silat cantik dari Marunda.

Penata tari dari Sanggar Gema Citra Nusantara Mira Arismunandar mengatakan pemilihan lima tarian ini berdasarkan riset dan konsultasi sebelumnya dengan para pakar. “Tarian ini tidak dikarang atau dibuat asal-asalan. Sebelum diajarkan kepada para siswa Al-Izhar, kami melakukan riset terlebih dahulu dan mengkonsultasikan gerakan bersama pakarnya,” ujar Mira Arismunandar.

Direktur Utama Al Izhar Aniyani Arifin menjelaskan keberangkatan tim yang terdiri dari para siswa ini bukan hanya untuk berlomba, tetapi juga merupakan penanaman kecintaan terhadap budaya nusantara. “Lewat pegelaran tari tersebut, siswa-siswi akan membawa harum nama Indonesia ke luar negeri,” kata Arniyani.

Diharapkan keterlibatan Indonesia dalam festival tingkat dunia ini akan memberi dampak yang baik untuk semua sektor, termasuk pariwisata. (*/tempo)

Leave a Reply