KEPRIPOS.COM (KPC), YOGYAKARTA – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional (Divre) Daerah Istimewa Yogyakarta memutuskan terus melakukan stabilisasi harga beras meski saat ini cenderung stabil dan terjadi panen raya di beberapa wilayah. Stabilisasi tersebut mereka lakukan melalui Rumah Pangan Kita (RPK) yang mereka bentuk.
Kepala Bulog Divre Yogyakarta, Miftahul Adha mengatakan, harga beras memang cenderung stabil dalam beberapa minggu terakhir. Namun pihaknya memutuskan terus melakukan stabilisasi harga beras melalui RPK. Hal ini selaras dengan tugas Bulog melakukan pengendalian berbagai komoditas melalui RPK. “Meski beras stabil tapi stabilisasi harga beras melalui RPK terus kami lakukan. Ini untuk mengontrol harga,” paparnya, Rabu (2/11/2016).
RPK merupakan salah satu program dari Bulog yaitu berupa outlet pangan yang bisa dimiliki siapapun. Di dalam RPK tersebut, Bulog menyediakan beberapa komoditas, diantaranya: beras, minyak, gula pasir, telur, tepung terigu dan beberapa barang lainnya.
Selama ini, lanjutnya, Bulog melakukan stabilisasi harga dengan menjual barang-barang di RPK dengan harga khusus. Untuk beras, biasanya mereka menjual beberapa jenis, antara lain Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yaitu beras dengan kualitas medium seharga Rp7.900, premium Rp10.000 per kilogram, gula pasir Rp12.500, minyak goreng, dan berbagai jenis tepung dengan harga grosir.
Harga yang ditawarkan Bulog di RPK lebih terjangkau dibandingkan harga komoditas bahan pangan di pasaran. Karena itu, kata dia, keberadaan RPK ini berfungsi untuk menstabilkan harga. Seperti halnya saat gula pasir di pasaran mencapai Rp16.000 per kg, Bulog bisa menjual hanya Rp13.000 per kg. Pemberlakuan harga yang murah tersebut karena Bulog bertugas melakukan stabilisasi harga.
“Misalnya harga beras, kami memang melakukan stabilisasi dengan menjual beras CBP. Harganya di bawah pasaran karena memang untuk mengendalikan harga beras,” ungkapnya.
Kini, pihaknya berusaha menambah jaringan RPK, baik di kalangan rumah tangga atau perorangan maupun kalangan instansi. Sampai saat ini sudah ada 235 outlet RPK di Yogyakarta. Salah satu RPK di lingkungan instansi yang baru saja diresmikan adalah RPK Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) yang ada di koperasi STPP Jalan Kusumanegara Nomor 2 Yogyakarta.
“RPK bisa menjual sesuai harga eceran tertinggi yang sudah ditentukan dan masyarakat bisa membeli kebutuhan dengan harga yang terjangkau,” katanya.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, awalnya Bulog memang hanya ditugasi untuk mengurusi soal beras di Tanah Air. Namun seiring keluarnya peraturan terbaru dari pemerintah, maka Bulog juga memiliki tugas sebagai stabilitator harga. Tiga komoditas yang harus ditangani Bulog adalah beras, jagung dan kedelai.
“Kami juga bertugas melakukan stabilisasi harga komoditas lain. Dan itu telah kami lakukan melalui kepanjangan tangan Bulog, RPK,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya menargetkan pembentukan RPK sebanyak 10.000 unit di seluruh Indonesia. Sementara di Yogyakarta, pihaknya menargetkan pembentukan RPK sebanyak 1.000 unit. Sampai saat ini di Yogyakarta sudah ada 235 unit RPK yang berhasil mereka bentuk.
(SINDOnews.com)