Badak Ujung Kulon Sudah Jadi Aset Dunia

Lifestyle68 Views

KEPRIPOS.COM (KPC) – Dalam rangka peringatan World Rhino Day, yang jatuh pada tanggal 22 September 2016 kemarin, WWF Indonesia mengadakan serangkaian acara, seperti di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bertajuk “Bersama Kita Bisa, Selamatkan Badak Jawa”. Acara yang sempat menyedot wisatawan lokal dan mancanegara itu dipusatkan di Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang.

Melalui keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id dari WWF-Indonesia, acara peringatan hari badak dunia sekaligus penandatanganan deklarasi “Merayakan Keanekaragaman Hayati” turut dihadiri Bupati Pandeglang, Hj Irna Narulita.

Bupati Pandeglang menyambut baik deklarasi dan peringatan hari badak Nasional yang diadakan Balai TNUK, LSM serta aktivis lingkungan hidup. Hj Irna Narulita mengajak seluruh masyarakat dunia usaha dan stakeholder yang hadir untuk turut berkontribusi terkait rencana konversasi Badak Jawa dan keanekaragaman Hayati.

“Saya pernah berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas dengan penangkaran Badak yang dikelola dengan baik dan mudah-mudahan di Pandeglang terbentuk kepengurusan Javan Rhino Study and Conservation Area (JARISCA),” katanya.

Ia berharap masyarakat Pandeglang masih bisa melihat Badak. Pun, bisa mengundang wisatawan dalam negeri serta mancanegara untuk melihat satwa liar badak bercula satu. Bupati Pandeglang tak lupa meminta dukungan seluruh pemangku kepentingan mendorong konservasi Badak Jawa yang kini hanya tinggal 63 individu.

“Saya berharap semua empati mampu menjadi magnet bagi wisatawan untuk hadir, meningkatkan Pandeglang dan JARISCA menjadi kebanggaan kami,” tuturnya.

Sementara itu Kepala TNUK, Mamat Rahmat mengatakan bahwa Ujung Kulon telah menjadi aset dunia.

“Bersama kita bisa menyelamatkan keanekaragaman hayati khususnya Badak Jawa yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Insyaallah masyarakat dan Badak mesra, semua stakeholder, semua pihak baik pusat maupun daerah bersinergi menyelamatkan Badak beserta habitatnya, serta mensejahterakan masyarakat,” ucap Mamat.

Selain Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), nampaknya kondisi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatranus) juga tak lebih baik. Badak Jawa menghadapi masalah keterbatasan luasan habitat untuk mengakomodir pertumbuhan populasinya. Selain itu pertumbuhan Langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat sehingga telah menahan ketersediaan pakan Badak Jawa.

Berdasarkan data terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),  jumlah Badak Jawa di habitat terakhirnya di kawasan TNUK sebanyak 63 individu. Sementara itu, Badak Sumatera diperkirakan hanya tersisa kurang dari 100 individu berdasarkan kesimpulan para ahli dalam pertemuan PHVA (Population and Habitat Viability Assessment) pada tahun 2015 lalu.

“Untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang  semakin kritis, perlu adanya pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada Badak Jawa,” ujar Yuyun Kurniawan, Program Koordinator Proyek Ujung Kulon WWF-Indonesia.

 

(VIVA.co.id)

Leave a Reply