KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Di saat pusat kota Paris dikenal dengan imej kota mewah dan jet set yang membalut segala sejarah ataupun tren terkini dengan penuh cita rasa, maka di pinggir Ibu Kota Prancis ini kebebasan akan ‘aturan’ sesuai imej tersebut tengah dibebaskan.
Seorang pengusaha bernama Aladdin Chami menunjukkan naluri bebasnya dengan melakukan sesuatu yang melenceng dari karakter Paris yang berkelas. Chami, menggunakan restorannya yang bernama Freegan Pony untuk memberi makan 400 orang dengan gratis setiap minggu.
Yang dilakukan oleh Chami bukanlah seperti panti sosial pada umumnya, dia mengolah masakan yang diberikan cuma-cuma itu dengan memanfaatkan bahan makanan sisa yang dibuang oleh pasar-pasar di tengah kota.
“Menjadi seorang Freegan berarti memberi makan seseorang dengan bahan makanan sisa yang diambil dari tempat sampah sebelum makanan itu dibuang,” kata Chami kepada CNN.
Konsep tersebut tentu membuat Chami dikritik banyak pihak. Para pengusaha restoran pun menjadi lebih mengawasi makanan-makanan sisa yang mereka buang.
“Memang kadang bahan makanan yang dibuang itu sudah rusak, tapi banyak yang masih berkualitas bagus. Kami tidak menggunakan bahan yang sudah rusak. Meski seringkali kami menemukan satu boks tomat yang sudah cacat,” ujar Chami.
Masalah limbah makanan memang kian sering diteriakkan beberapa waktu belakangan ini. Setiap tahunnya, diprediksi ada lebih dari 1.3 miliar ton sereal, susu, sayuran, daging dan ikan yang dibuang dan sia-sia tak terpakai.
Kondisi tersebut menjadi ironi mengingat sebagian negara di dunia tak dapat memberikan nutrisi yang layak kepada masyarakatnya. Hal itu yang kemudian membuat Chami memutuskan untuk membuka Freegan Pony.
Namun jangan bayangkan bahwa Chami sendiri yang memilah bahan makanan sisa di tempat sampah. Tiap pagi, selama empat hari seminggu, pria asal Tunisia ini membawa mobilnya menuju Rungis, kota dengan pasar terbesar di dunia.
Dari sana dia menemukan bahan makanan yang masih di dalam peti, yang dikembalikan karena sudah habis masa penggunaan. Bahan makanan itu terbilang masih menghasilkan rasa yang sangat segar.
Sekembalinya ke restoran, sebuah tim yang terdiri dari sukarelawan pun bersiap memasak makanan pembuka, utama hingga pencuci mulut. Tempat makan ini berada di sebuah bangunan bekas yang disewa Chami dengan gratis dari pihak pemerintah kota.
(CNN INDONESIA.com)