KEPRIPOS.COM (KPC),NEW YORK – Harga minyak mentah dunia ditutup melemah di perdagangan akhir tahun ini. Namun demikian, harga minyak mencapai keuntungan tahunan terbesar sejak 2009.
Keuntungan ini diraih setelah negara anggota pengekspor minyak OPEC dan mitranya sepakat untuk memangkas produksi demi mengurangi pasokan yang belebih sehingga menekan harga minyak selama dua tahun.
Selain itu, kenaikan dua rig minyak di Amerika Serikat membukukan kenaikan mingguan kesembilan berturut-turut, seperti yang dilaporkan oleh penyedia jasa ladang minyak Baker Hughes Inc, menambah sentimen bearish ke harga minyak.
Reuters melansir, Sabtu, 31 Desember, harga patokan minyak berjangka AS West Texas Intermediate CLc1 turun 5 sen atau 0,1 persen menjadi USD53,72 per barel. Sementara harga minyak Brent LCOc1 turun 3 sen atau 0,1 % ke posisi USD56,82 per barel.
“Beberapa pedagang melakukan profit taking di perdagangan yang sangat ringan, banyak orang sudah melakukan apa yang harus mereka lakukan untuk tahun ini,” tutur Presiden Powerhouse, sebuah komoditas broker-khusus energi di Washington, Elaine Levin.
Tercatat, harga minyak Brent naik 52 persen pada tahun ini dan WTI naik sekitar 45 persen, ini merupakan keuntungan tahunan terbesar sejak 2009, di mana masing-masing benchmark naik 78 persen dan 71 persen.
Seperti diketahui, harga minyak mentah dunia telah merosot sejak musim panas 2014 dari USD100 per barel. Kekalahan harga, karena kelebihan pasokan serpih minyak AS dan Arab Saudi sempat menolak kesepakatan apapun dengan OPEC.
Tapi perjanjian bersejarah OPEC yang sudah berlangsung selama tiga bulan dari September, yang akan mengurangi produksi minyak sejak 1 Januari 2017, menandai kembalinya tujuan kelompok tersebut untuk menaikkan harga minyak.
Negara Oman mengatakan beberapa pelanggan mereka akan mengurangi alokasi sebesar lima persen pada Maret, tetapi tidak mengatakan apakah pengurangan pasokan akan terus dilanjutkan setelah itu. (metrosiang.com)