KEPRIPOS.COM – Tanggal 5 Februari 1923, di Bengkulu lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Fatimah. Sejarah kemudian mencatat Fatimah (kemudian Fatmawati) sebagai tokoh penting yang menjahit bendera pusaka merah putih bagi bangsa Indonesia.
Ketika kembali dari pengasingan di Bengkulu, Bung Karno diberi rumah, berikut kendaraan sedan buick dan supirnya untuk Soekarno. Kepala propaganda Jepang, Shimizu, adalah orang dibalik pemberian rumah tersebut, yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Walau bagian dari propaganda, Shimizu meminta Fatmawati untuk menjahit bendera untuk kemerdekaan Indonesia.
Masalahnya, pada saat itu tekstil sangat langka. Fatmawati kesulitan mendapatkan bahan kain untuk dijahitkan menjadi bendera merah putih.
Catatan Sejarah 5 Februari: Mengenang Fatmawati, Sang Penjahit Bendera Pusaka Merah Putih
Shimizu kemudian memerintahkan perwiranya untuk mendapatkan kain yang dibutuhkan Fatmawati. Tugas tersebut berhasil ditunaikan sang perwira, dengan menemukan dua kain merah putih dari bahan katun yang halus.
Ditengah hamil tua jelang kelahiran Guntur, Fatmawati memaksakan diri menjahit bendera merah putih tersebut. Dengan mesin jahit, Fatmawati berlahan-lahan menjahit bendera ukuran 2×3 meter tersebut.
Dikarenakan hamil tua, dokter melarang Fatmawati menjahit menggunakan kakinya. Maka, proses penjahitan hanya menggunakan tangan, dan memakan waktu hingga dua hari.
Bendera inilah yang kemudian dikibarkan saat proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian menjadi bendera pusaka Indonesia. (bertuahpos)