KepriPos.com – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dibuka menguat tipis di perdagangan hari ini, Rabu (30/3). Rupiah dibuka di Rp 13.300 atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan kemari di Rp 13.395.
Di awal perdagangan ini, Rupiah bergerak melemah cenderung stabil. Rupiah sempat menyentuh level terendahnya di Rp 13.365 per USD, dan kemudian menguat ke 13.349 per USD.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyebut nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih berpotensi melemah, meski saat ini mata uang Garuda tengah menguat di level Rp 12.900 per USD.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, perkembangan ekonomi dunia sangat dinamis, bahkan pertumbuhannya cukup pelan. Misalnya, Jepang dan Eropa yang mengalami negative interest rate hingga berdampak pada dana mengalir ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Dana yang masuk itu kemudian membuat mata uang kita menjadi kuat. Karena begitu banyak dana yang masuk. Dan juga demand valuta asing akan tidak terlalu besar dalam kuartal 1 ini. Jadi membuat ini lebih kuat,” ujarnya di Jakarta, Rabu (23/3).
Meski banyak dana masuk ke Tanah Air tetap ada risiko yang harus diwaspadai. Misalnya, risiko dari Amerika Serikat (AS) yang berpotensi menaikkan kembali Fed Fund Rate. Sehingga kondisi tersebut harus diantisipasi jika tidak mau dana yang masuk tersebut kembali hengkang dari Indonesia.
“Risiko itu misalnya kalau di Amerika nanti bunga atau fed fund ratenya dinaikkan, dan mungkin dinaikkan tidak besar, tapi kita lihat ada kecenderungan untuk dinaikkan itu bisa berdampak kepada dana itu keluar. Nah kalau dana itu keluar dan kita tidak antisipasi, itu bisa menyebabkan nilai tukar itu cukup bergejolak,” jelas dia.
Karena itu, BI akan menjaga agar nilai tukar mata uang Garuda tetap berada dalam posisi fundamental. Sehingga, jika terjadi situasi yang tidak menguntungkan maka tidak akan terlalu membuat nilai tukar tergerus lebih dalam.
“Fundamental kita itu akan jaga sehingga tidak akan terjadi kondisi tidak menguntungkan kepada Indonesia karena mata uang yang terlalu kuat, atau membuat Indonesia kurang kompetitif dalam melakukan ekspor dan juga untuk menjaga adanya satu keseimbangan,” tutupnya.(merdeka)