KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Polisi mengamankan tiga orang yang diduga terkait dengan aksi kerusuhan dan pembakaran kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa dini hari (27/9).
“Tiga sudah diamankan, saat ini masih diperiksa. Belum disimpulkan peran tiga orang ini,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di Markas Besar Polri, Jakarta.
Menurutnya, ketiga orang itu menjalani pemeriksaan intensif sejak dini hari tadi. Status hukum mereka, kemungkinan akan ditentukan besok.
Status tersangka baru bisa dijatuhkan jika ditemukan dua alat bukti yang mendukung dugaan tindak pidana. Untuk saksi-saksi, kata Boy, polisi sudah memeriksa enam orang masyarakat sekitar tempat kejadian.
Selain itu, lanjut dia, Kepolisian sudah mengantongi identitas beberapa orang yang diduga sebagai provokator dalam peristiwa tersebut. Saat ini, polisi masih mengejar orang-orang tersebut.
“Kami menyesalkan aksi provokasi tersebut dan mengimbau masyarakat Gowa dan tokoh masyarakat tidak ikut-ikutan,” ujar Boy.
Unjuk rasa yang berujung pada terbakarnya kantor DPRD Gowa terjadi pada Senin siang. Aksi ini diduga terkait dengan Peraturan Daerah soal Lembaga Adat Daerah dan fungsi raja atau Sombayya.
Walau demikian, polisi masih belum bisa memastikan hal tersebut. Menurut Boy, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan Inspektur Jenderal Anton Charliyan sudah bertemu dengan tokoh adat untuk menyikapi dan mencari tahu masalah yang sebenarnya.
Dihubungi dari Jakarta, Anton mengatakan warga yang diperkirakan berjumlah sekitar 150 orang itu mendatangi gedung DPRD pada 14.30 WITA. Semula, mereka berniat untuk mengadakan aksi damai di DPRD Sulsel, di Makassar.
“Semalam juga sudah minta izin, makanya memang pengamanan di Makassar. Tahu-tahu di perjalanan karena dari Gowa, belok di gedung DPRD Gowa, tahu-tahu masuk saja dan langsung membakar begitu,” kata Anton.
Ketika diklarifikasi pada sekelompok massa tersebut, kata Anton, ternyata memang tidak ada skenario membuat kerusuhan seperti itu. Mereka mengaku menyesalkan kenapa sebagian dari kelompoknya melakukan pembakaran.
“Jadi justru mereka juga mengutuk dan menyatakan itu bukan perbuatan dari aksi yang akan mereka lakukan,” ujarnya.
Karena itu, polisi menduga ada kelompok tertentu yang ingin membuat keributan di tengah polemik. “Yang jelas kemungkinan ada kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan situasi ini,” kata Anton.
(CNN INDONESIA.com)