KEPRIPOS.COM (KPC), TANJUNGPINANG – Ketua Fraksi Keadilan Sejahtera-PPP DPRD Kepulauan Riau, Ing Iskandarsyah meminta Pemprov Kepulauan Riau dan pemerintah kabupaten dan kota di wilayah itu perlu meningkatkan kerja sama di bidang perekonomian dengan Singapura dan Malaysia, yang selama ini sudah terbangun.
“Pemerintah daerah harus mampu menggandeng Singapura dan Malaysia untuk meningkatkan perekonomian. Kerja sama dengan kedua negara tetangga itu semakin menguntungkan jika ditingkatkan sesuai potensi yang ada,” ujarnya di Tanjungpianng, Selasa (05/9/2017).
Iskandar mengatakan posisi strategis Kepri dan potensi yang dimiliki wilayah itu dapat dikelola bersama sesuai ketentuan yang berlaku. Kepri sulit berkembang tanpa investasi asing, terutama dari Singapura dan Malaysia.
“Saya akan menjadikan hal itu sebagai salah satu program utama dalam meningkatkan perekonomian di Tanjungpinang. Program itu harus dijalankan secara optimal sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat dan tercipta lapangan kerja,” beber dia.
Selama ini, menurut dia sebagian produk yang diperjualbelikan di Tanjungpinang berasal dari kedua negara tersebut. Artinya, sejak dahulu Tanjungpinang merupakan salah satu pangsa pasar produk dari Singapura dan Malaysia.
Dengan kondisi itu, terbuka peluang bagi Tanjungpinang menarik investasi dari pengusaha Malaysia dan Singapura, karena strategi penanaman modal sekarang lebih efisien dibangun di daerah yang berdekatan dengan pembeli sehingga menghemat biaya operasional.
“Memang hal itu tidak mudah direalisasikan, tetapi bukan berarti tidak mungkin terjadi. Selama ini, kami mengetahui apa yang diinginkan oleh investor yakni lahan yang memadai, kondisi yang nyaman, birokrasi yang tidak berbelit-belit. Itu dapat diberikan kepada investor,” katanya, yang juga anggota Komisi II DPRD Kepri.
Iskandar mengemukakan investasi lainnya yang dapat digarap dari kedua negara berhubungan dengan kemaritiman. Tanjungpinang yang dikelilingi lautan dan berbatasan dengan Kabupaten Bintan merupakan kota kecil yang dapat dihias sehingga tambah menarik.
Jika sektor pariwisata menjadi sumber pendapatan utama di Bintan, maka seharusnya Tanjungpinang yang satu daratan dengan kabupaten tertua di Kepri itu mendapatkan hasil yang sama. Tanjungpinang yang memiliki posisi strategis harus dilengkapi dengan infrastruktur dasar yang menarik, dan fasilitas umum seperti pelabuhan dan bandara dibangun dengan fasilitas memadai dan pelayanan yang maksimal.
“Singapura saja, pendapatan terbesar dari proses pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar, jasa labuh dan ‘shipping container’ serta parawisata. Tanjungpinang pasti bisa seperti itu bila kita pandai menangkap peluang,” ujarnya.
Ia menjelaskan berdasarkan informasi dari Singapore Tourism Board (STB) tahun 2016, turis yang datang ke negara itu sekitar 16,4 juta orang dengan penerimaan devisa negara sekitar 24, 8 miliar dolar Singapura atau sekitar Rp200 triliun.
Pendapatan yang fantastis itu jika dapat dimanfaatkan Tanjungpinang akan menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah. Bila sejuta orang turis saja yang datang ke Tanjungpinang, dan mereka mengeluarkan uang untuk belanja Rp1 juta per orang, maka uang yang berputar di kota ini sebesar Rp 1 triliun. (*)