Apresiasi Kaum Muda di Batik Fashion Week 2017

Lifestyle206 Views

KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Kecintaan kaum muda terhadap batik terus digaungkan, termasuk oleh kaum muda sendiri. Salah satunya, melalui acara Batik Fashion Week (BFW).

BFW digagas oleh sekumpulan anak muda yang menginginkan batik lebih dikenal dan digandrungi kalangan sebaya—millennial. Yayasan Batik Indonesia atau YBI sebagai lembaga yang mengampanyekan batik pun menyambut terbuka.

Ini merupakan kali ke-dua BFW digelar. Tahun ini bertempat di Warehouse Plaza Indonesia, Jakarta, pada 30 September hingga 2 Oktober 2016 mendatang, dan bertema salah satu motif batik klasik, parang, yang memiliki motif diagonal dengan jalinan simbol serupa huruf S.

“Motif batik parang itu kan memiliki arti pantang menyerah. Nah kami menginginkan agar semangat tersebut dapat dihayati sebagai upaya penjagaan pengakuan batik sebagai warisan dunia bukan benda yang sudah dimiliki,” kata Syafi Kryan Hakim, koordinator marketing BFW.

Tahun lalu, BFW menggelar berbagai kegiatan, salah satunya fashion show yang menampilkan berbagai kreasi batik dari desainer dan label fesyen. Tahun ini, berbagai kegiatan kembali dilaksanakan, di antaranya mengusung edukasi tentang kelanggengan batik.

“Berbagai acara edukasi dan peningkatan kesadaran akan batik ini sebagai upaya agar pengakuan dunia tentang batik tetap berlanjut di masa depan,” kata Mayasari Sekar Larasati, ketua Hari Batik Nasional 2016 dari Yayasan Batik Indonesia, saat ditemui awak media massa di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (6/9).

Rencananya, BFW tahun ini menampilkan 12 label dan desainer busana batik antar generasi selama tiga hari penyelenggaraan. Beberapa di antaranya, BIN House, Danar Hadi, Parang Kencana, Sejauh Mata Memandang, NES, Galeri Batik Jawa, dan [bi].

Batik mendapatkan pengakuan dari UNESCO, organisasi khusus PBB yang berfokus pada pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-benda pada Oktober 2009.

Batik didefinisikan sebagai proses pembuatan kain bergambar dengan cara khusus, yaitu membubuhkan cairan malam yang disebut mbatik atau membuat titik. Proses tersebut yang terus diupayakan YBI untuk terus dikenalkan kepada publik, terutama di kalangan anak muda.

Mayasari menegaskan, “Dari segi kebanggaan, anak muda banyak yang menggunakan batik. Tapi harus diimbangi juga dengan pengetahuan proses [pembuatan] batik dan menjaganya tetap lestari agar UNESCO tidak mencabut status tersebut.”

 

(CNN INDONESIA.com)

Leave a Reply