Duterte: Korban Anak dalam Perang Narkoba ‘Tak Terhindarkan’

KEPRIPOS.COM (KPC),Filipina — Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebut bahwa anak-anak dan warga sipil yang turut menjadi korban dalam perang melawan narkoba yang ia usung merupakan “kerusakan yang tak terhindarkan” karena polisi menggunakan senjata otomatis saat berhadapan dengan para kriminal.

Dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera pekan ini, Duterte ditanya mengenai sejumlah anak di bawah umur yang terjebak dan menjadi korban dalam perang melawan narkoba. Duterte menyatakan akan menyelediki kasus pembunuhan tersebut, namun menegaskan bahwa polisi dapat membunuh ratusan masyarakat sipil tanpa pertanggungjawaban pidana.

Sebagai contoh, Duterte menyebutkan seorang polisi dengan senapan M16 ketika berhadapan dengan geng kriminal yang juga memegang pistol. Ketika keduanya berhadapan dan saling menembak, “Polisi dan M16 melontarkan sekali tembakan, brrr, dan tembakan [polisi] mengenai 1.000 orang di sana dan mereka tewas.”

“Ini tidak bisa dianggap sebagai kelalaian, karena Anda harus menyelamatkan hidup Anda. Ini tidak bisa dianggap sebagai kecerobohan karena Anda harus membela diri,” kata Duterte, dikutip dari The Guardian, Senin (17/10).

Dalam kesempatan itu, Duterte juga membandingkan masyarakat Filipina yang menjadi korban dalam serangan AS pada perang Vietnam dan perang Afganistan. Dalam kedua perang itu, masyarakat sipil ikut menjadi korban ketika serangan udara diluncurkan kepada kelompok militan.

“Saat Anda membombardir sebuah desa, Anda berniat untuk membunuh militan di sana tetapi Anda turut membunuh anak-anak di sana. Kenapa perilaku itu disebut sebagai ‘kerusakan yang tak dapat dihindarkan’ bagi pihak Barat namun ‘pembunuhan’ bagi kami?” ucap Duterte.

Setidaknya 3.800 orang tewas akibat perang melawan narkoba yang Duterte galakan semenjak ia menjabat sebagai Presiden Filipina pada Juni lalu. Duterte yakin kebijakan itu akan memberantas praktik narkoba di negaranya.

Dari total korban, sekitar 1.500 orang dinyatakan tewas dalam operasi yang dilakukan oleh polisi. Namun, sebagian besar pembunuhan terjadi oleh pasukan bersenjata yang didukung Duterte.

Sejumlah kelompok pemerhati HAM dan lembaga internasional lainnya pun meluncurkan kritik tajam kepada Duterte. Namun, pemimpin berusia 71 tahun ini mengecam segala tudingan dan kritikan terhadapnya.

“Filipina memiliki 3 juta pecandu narkoba dan jumlah ini terus bertambah. Jadi jika kita tidak benar-benar mengatasi masalah ini, generasi selanjutnya akan memiliki masalah serius dengan narkoba,” tutur Duterte.

Duterte mengaku tidak peduli apa yang dikatakan publik internasional terkait kebijakannya untuk melindungi generasi muda Filipina dari narkoba.

“Jika Anda menghancurkan generasi muda kami, saya akan membunuh Anda. Itu adalah pernyataan yang benar. Tidak ada yang salah dengan upaya melindungi kepentingan generasi selanjutnya,” ucap Duterte.

“Di negara saya tidak ada hukum yang membuat saya tidak dapat mengancam para kriminal. Saya tidak peduli dengan pegiat HAM. Saya memiliki tugas untuk melindungi generasi. Jika ini harus melibatkan HAM, saya tidak peduli,” ujar Duterte menegaskan.

 

(CNN INDONESIA.com)

Leave a Reply