KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Harga saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk langsung anjlok setelah dinyatakan kalah oleh Mahkamah Agung (MA) dalam sidang peninjauan kembali izin lingkungan kegiatan penambangan dan pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.
Saham emiten berkode SMGR itu hari ini, Selasa (11/10) turun 300 poin atau 2,91 persen menjadi Rp10.000, setelah bergerak dengan rentang harga Rp9.650-Rp10.375.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan, terkoreksinya harga saham Semen Indonesia ini imbas dari pemberitaan mengenai keputusan Mahkamah Agung (MA) yang memutuskan untuk tidak memberikan izin lingkungan terkait rencana kegiatan penambangan dan pembangunan pabrik semen di Rembang.
“Iya jadi memang ada kaitannya dengan itu, berita memang memang mempengaruhi harga saham secara langsung, tetapi sesudah itu back to fundamental kok,” ungkap Hans, Selasa (11/10).
Menurut Hans, pelaku pasar mencermati ulang dampak dari keputusan MA terhadap kinerja perusahaan ke depannya. Namun, Hans memastikan dampaknya tak akan terlalu berlangsung lama.
“Ini hanya akan berpengaruh jangka pendek kok, karena kan isu sentral emiten semen itu masih berlebihan kapasitas (oversupply). Jadi tidak dibangunnya pabrik tidak akan terlalu berpengaruh,” terangnya.
Penurunan harga saham SMGR tersebut, kata Hans, merupakan koreksi wajar dan diyakini harganya akan kembali naik pada perdagangan esok.
Pada 5 Oktober 2016, MA memutuskan memenangkan gugatan petani Rembang dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang dilayangkan kepada Semen Indonesia, terkait izin lingkungan kegiatan penambangan dan pembangunan pabrik di Rembang.
Kemenangan tersebut membuat izin lingkungan yang diterbitkan Gubernur Jawa Tengah untuk PT Semen Gresik (Persero) Tbk harus dibatalkan.
Namun, Presiden Direktur Semen Indonesia Rizkan Chandra sempat menyatakan, perusahaannya akan menghormati keputusan tersebut dan mengikuti arahan pemerintah untuk menunggu hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang diperintahkan Presiden Jokowi pada Agustus lalu.
(CNN INDONESIA.com)