KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Juru Bicara Pentagon Kapten Jeff Davis menyatakan, kapal perang Amerika Serikat menjadi target dari dua rudal yang diduga berasal dari wilayah Yaman yang dikuasai kelompok pemberontak Houthi pada Minggu (8/10).
Menurut Kapten Jeff Davis, kedua rudal ditembakkan pada saat USS Mason sedang berada di wilayah selatan perairan internasional Laut Merah. Jarak waktu peluncuran antara rudal pertama dan kedua sekitar 60 menit.
Davis yang dikutip CNN mengatakan, kapal perang jenis perusak rudal-pemandu itu langsung melancarkan “langkah pertahanan” dan tidak mengalami kerusakan apa pun.
Dia menyatakan, AS berkomitmen menjaga kebebasan bernavigasi. Untuk itu, AS terus mengambil langkah untuk memastikan keamanan para awak dan kapal tetap terlindungi.
Pemerintah Washington telah mendukung Arab Saudi dalam pertempuran menumpas pemberontak Syiah Houthi di Yaman. Kelompok Houthi sendiri didukung oleh Iran dan pasukan loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang digulingkan.
Namun, pada sabtu lalu, AS mengevaluasi kembali dukungannya terhadap Arab Saudi setelah pesawat tempur negeri minyak tersebut menyerang ibu kota Yaman, Sanaa, yang menewaskan sedikitnya 155 warga meninggal.
Petinggi Arab Saudi membantah bertanggung jawab atas serangan itu. Dikutip dari kantor berita Saudi Press Agency, pemerintah Saudi akan menyelidiki apakah pesawat tempur mereka terlibat serangan tersebut.
Usai serangan tersebut, Ali Abdullah Saleh menyerukan untuk meningkatkan eskalasi serangan kepada Saudi pada Minggu (9/10).
Sebagai sekutu utama Houthi, Saleh meminta Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kepala Staf Gabungan Yaman untuk melakukan tindakan segera yang dilakukan guna mempersiapkan pertempuran di perbatasan Saudi dan Yaman.
“Saya menyerukan kepada bangsa ini… untuk menghadapi agresi yang dilakukan Arab Saudi dengan seluruh kekuatan kita,” kata Saleh seperti dikutip Reteurs kemarin.
Houthi mulai menduduki Sanaa sejak September 2014. Sebagai respons, Saudi dan aliansinya di Arab mulai terlibat dan mengintervensi perang tersebut pada Maret 2015 lalu setelah Houthi berhasil memaksa Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi kabur ke Arab Saudi.
Saat ini Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, sementara pasukan loyalis Hadi yang bergabung dengan masyarakat lokal menguasai sisanya.
(CNN INDONESIA.com)