KEPRIPOS.COM (KPC), TANJUNGPINANG – Dosen Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang, Ahada Wahyusari mengemukakan, hingga saat ini masih banyak pelajar dan mahasiswa menggunakan bahasa daerah di sekolah dan kampus.
“Bahkan ada sejumlah mahasiswa yang bertanya dengan dosennya di ruang kelas dengan menggunakan bahasa melayu,” tutur dosen Bahasa Indonesia ini, Minggu (10/09/2017).
Ketika diminta untuk menggunakan Bahasa Indonesia, mereka kesulitan untuk menyampaikannya. Pelajar dan mahasiswa yang menggunakan bahasa daerah di dalam kelas disebabkan dua faktor yakni dari dalam dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Dia menilai penggunaan Bahasa Indonesia di daerah perbatasan perlu dilestarikan secara maksimal. “Daerah perbatasan bertetangga dengan sejumlah negara sehingga penggunaan Bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa dan identitas negara wajib dilakukan,” ujarnya.
Faktor internal menyebabkan pelajar dan mahasiswa itu merasa minder menggunakan Bahasa Indonesia sehingga membentuk kelompok sendiri di kampus, sekolah maupun di lingkungan rumah dan lingkungan bermain. Padahal sebagai pelajar maupun mahasiswa, mereka seharusnya berbaur, berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan prestasi.
“Sebagai generasi penerus bangsa, sudah seharusnya pelajar dan mahasiswa berbaur, meningkatkan kualitas tanpa memandang asal daerah. Bahasa Indonesia adalah alat berkomunikasi yang paling baik,” katanya.
Fakta lainnya, menurut dia, sejumlah guru mengajar Bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa daerah, seperti bahasa melayu. Bahasa Indonesia tidak sama dengan bahasa melayu, meski Bahasa Melayu merupakan cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia.
“Bahasa Melayu memang harus dilestarikan sebagai aset budaya bangsa, namun harus dilakukan di tempat yang tepat, bukan saat mengajar menggunakan melayu. Di dalam rumah, dan berkomunikasi dengan teman satu daerah, sangat baik menggunakan bahasa daerah,” tuturnya.
Ahada mengatakan penggunaan bahasa daerah tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan kampus, melainkan juga dalam sejumlah acara pemerintahan di Kepri. Ada kepala daerah yang menggunakan bahasa daerah dalam memberikan sambutan di acara formal, bahkan di lingkunggan kampus. (*)