KEPRIPOS.COM (KPC), Jakarta — Pemerintah akhir bulan ini akan meluncurkan seri Obligasi Ritel Negara (ORI) Seri ORI013 dengan target indikatif sebesar Rp20 triliun. Target ini sama dengan penerbitan ORI seri sebelum, ORI012.
“ORI 013 itu akan kami tawarkan pada 29 September-20 Oktober 2016. Jadi sebelum 29 September harusnya ada acara launching ORI,” tutur Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan di kantornya, Senin (5/9).
Sepanjang tahun ini, pemerintah telah menerbitkan tiga seri obligasi (bonds) ritel, yaitu Sukuk Ritel SR-008 dengan raupan dana Rp31,5 triliun, Surat Berharga Ritel Tabungan (Saving Bonds Ritel/SBR) senilai Rp3,9 triliun, dan Sukuk Tabungan ST-001 yang berhasil terjual Rp2,6 triliun.
Secara porsi, kontribusi obligasi ritel memang masih sedikit dibandingkan obligasi premium dalam pembiayaan negara. Dibandingkan target penerbitan kotor (gross) Surat Berharga Negara (SBN) tahun ini sekitar Rp611,4 triliun atau Rp628,4 triliun jika memperhitungkan tambahan penerbitan Rp17 triliun dari perkiraan pelebaran defisit dari 2,35 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,5 persen PDB, porsi penerbitan obligasi ritel hanya sekitar 9 persen.
Kendati porsinya kecil, Robert mengungkapkan, penerbitan surat berharga bisa mendiversifikasi profil investor SBN untuk membiayai anggaran negara. Selain itu, penerbitan surat berharga ritel juga bisa menjadi sarana edukasi masyarakat terkait investasi keuangan, terutama yang berbentuk obligasi negara.
“Tujuan obligasi ritel itu sangat bagus karena ini satu-satunya instrumen bonds yang bisa dibeli oleh masyarakat biasa, bisa diperdagangkan, dan mereka (masyarakat) bisa bermain di pasar sekunder sehingga bisa menjadi edukasi bagi mereka,” ujarnya.
Ke depan, kata Robert, pemerintah akan lebih pragmatis dalam memberikan imbal hasil SBN ritel. Tak dipungkiri, imbal hasil SBN ritel relatif lebih tinggi dibandingkan SBN premium untuk menarik minat investor kecil.
“Kami akan evaluasi satu-satu, tetapi kami tidak akan meninggalkan obligasi ritel tahun depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Robert melihat potensi turunnya imbal hasil (yield) obligasi negara tahun depan seiring kecenderungan penurunan bunga deposito perbankan.
“Kalau tingkat bunga cenderung menurun, bunga deposito menurun, kami juga kan punya opsi untuk menerbitkan opsi yield yang lebih rendah,” jelasnya.
Secara umum, hingga 29 Agustus 2016, realisasi penerbitkan SBN gross telah mencapai Rp533,8 triliun atau setara dengan 87,31 persen dari target gross Rp611,4 triliun dalam APBNP 2016. Secara netto, realisasi penerbitan SBN netto telah mencapai Rp355,9 triliun atau 97,56 persen dari target netto SBN sebesar Rp364,8 triliun.
(CNN INDONESIA.com)